Jumat, 28 Oktober 2011

PAWON

Oleh 
Agus Ali Imron Al Akhyar



Banyak dikalangan masyarakat saat ini yang hampir melupakan sebuah warisan tradisi. Tepatnya tradisi ini selalu ada disetiap rumah. Dalam tradisi orang Jawa terkenal dengan sebutan sandang, pangan, dan papan. Konsep itulah yang biasanya melandasi kehidupan bagi orang Jawa. Kata-kata tersebut biasanya terucap dari mulut orangtua kepada anak muda yang akan memulai kehidupan baru dengan wanita yang di-idamkan.


Sandang identik dengan pakaian untuk menutupi tubuh, atau melindungi dari kedinginan, kepanasan, maupun untuk estetika. Pangan atau makanan, merupakan salah satu syarat untuk bertahan hidup dari kelaparan (mengganjal weteng). Sedangkan papan atau biasa disebut dengan rumah (omah), adalah sebagai tempat tinggal, berteduh dari panas maupun hujan, serta untuk tempat istirahat keluarga. Sehingga ketiga unsur budaya tersebut hingga zaman modern ini tetap terpaku dikalangan masyarakat, terkenal dengan sandang, pangan, dan papan.

Mayoritas bagi orang Jawa, tentunya yang namanya pawon atau dapur sudah tidak asing lagi. Didalam rumah tentu pawon (dapur) merupakan hal yang wajib harus ada. Pawon selalu berada di bagian belakang rumah tepatnya. Sehingga antara bangunan induk rumah dengan pawon sudah menjadi kesatuan bangunan. Namun bagi kalangan orang Jawa masa lalu, antara bangunan rumah induk dan pawon terpisah ruangnya.

Pada zaman sekarang sudah nampak antara bangunan rumah dengan pawon menjadi satu rangkaian. Bagi orang Jawa, keberadaan rumah memang sangat penting, sehingga ruang-ruang ditata sedemikian rupa. Berkenaan dengan tulisan ini, akan sedikit mengenang keberadaan salah satu dari ruang yang terdapat pada rumah (papan), yaitu pawon atau dapur.
Pawon atau dapur sendiri, keberadaannya sangat penting sekali dalam kegiatan memasak makanan, minuman, maupun untuk penyimpanan bahan makanan. Seiring perkembangan teknologi, pawon atau dapur juga mengalami perkembangan bentuk, makna dan fungsi, terutama pada perabotan. Dikarenakan pawon atau dapur memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan penghuni rumah.

Pengertian Pawon atau Dapur
Pawon atau dapur, sudah tidak asing lagi kita dengarkan. Namun kata pawon merupakan sebutan dapur dalam masyarakat Jawa. Sedangkan dapur sendiri sudah nampak penggunaan bahasa modern. Dapur, dalam bahasa Jawa disebut pawon, mengandung dua pengertian; pertama, bangunan rumah yang khusus disediakan untuk kegiatan masak-memasak, dan; kedua, dapat diartikan tungku. Kata pawon berasal dari kata dasar awu yang berarti abu, mendapatkan awalan pa dan akhiran an, yang berarti tempat. Dengan demikian, pawon (pa+awu+an) yang berarti tempat awu atau abu (Sumintarsih dalam Jurnal Jantra, Juni 2006:18).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:315), pengertian dapur adalah (1). Ruang tempat memasak; (2). Tempat membakar batu bata, batu kapur; (3). Tungku; keran; perapian. Memang pada asalnya pawon atau pawonan selalu banyak awu atau abu. Sehingga dinding maupun atap pawon (dapur) menjadi hitam, akibat asap dari pembakaran kayu di pawonan, bahkan sarang laba-laba juga menghiasi pawon. Dari situlah dimungkinkan, pawon identik dengan hal yang kotor dan penampilannya serba hitam akibat asap, kadang lantai pawon masih berlantaikan tanah, tidak seperti sekarang ini sudah memakai marmer atau semen (mestềr). Sedangkan kayu kering untuk pembakaran tertata rapi di samping pawonan. Adapun tipas yang terbuat dari anyaman bambu, untuk menyalakan (nepasi perapian) pawonan.

Dalam membuat dapur atau pawon ada yang masih menggunakan perhitungan-perhitungan Jawa. Misalnya, oleh karena dapur dianggap sebagai tempat perempuan maka untuk membangun dapur harus dimulai saat neptue nyaine (hari pasaran kelahiran istri), misalnya Senin Pon, Selasa Wage, dan sebagainya. Supaya dalam menggunakan dapur diberi keselamatan, ada juga yang menggunakan perhitungan yaitu jatuh tiba lara (tiba = jatuh, lara = mati), jadi dapur atau pawon diartikan sebagai tempat barang mati, atau tempat buangan (Sumintarsih dalam Jurnal Jantra, Juni 2006:19).

Itulah pawon atau dapur, yang selama ini selalu dijadikan ruang memasak; makanan, minuman, dan lain sebagainya dalam kehidupan masyarakat untuk menyokong kehidupan keluarga. Baik dapur atau pawon merupakan pelengkap dalam sebuah bangunan rumah (omah). Saat ini pada zaman modern, ruang pawon atau dapur sudah tidak kotor dengan awu atau abu, bahkan sarang laba-laba atau sudah tidak berlantaikan tanah.

Melainkan dapur model modern, sudah memakai marmer sebagai lantai, bersih tanpa ada sarang laba-laba atau abu kayu pembakaran. Berbagai peralatan elektronik sudah menjadi trend untuk memanjakan para wanita (istri) untuk memenuhi pangan (makanan) keluarganya. Meskipun masih ada pula pawon tradisional yang berada dikalangan masyarakat pedesaan yang masih menggunakan gedhek (anyaman bambu) sebagai dinding.

Wadon Lan Pawon
Pawon atau dapur identik dengan seorang perempuan atau wadon, sebab orang Jawa mengidentifikasikan bahwa wadon (perempuan) salah satu tugasnya adalah menyediakan menu makanan untuk keluarga. Di pawon selain untuk tempat memasak juga dijadikan area menyimpan bumbu-bumbu masakan, beras, dan biasanya kayu bakar tertata rapi.

Selain itu, pawon bisa menjadi area penting bagi sosial. Ketika si empunya rumah mempunyai hajatan, maka para tetangga akan berkumpul (rewang) untuk memasak. Interaksi komunikatif dengan lebih dari satu orang, berbagai pembicaraan meskipun hanya sekedar basa-basi, menjadi warna tersendiri bagi kaum wanita (wadon).

Di pawon itulah terjadi komunikasi aktif, saat-saat kaum wanita (wadon) sedang rewang membuat makanan untuk hajatan. Interaksi sosial tersebut biasanya diselingi canda, tawa, dan keseriusan. Sebuah karakter kehidupan kaum wanita di pedesaan, guyub rukun, tentrem raharjo. Meskipun bau sangit dari pawonan (tempat memasak), tidak membuat kerendahan dalam diri mereka, tetap mempunyai rasa kebersamaan. Senyum, tawa, senda gurau, bahkan terharu mendengarkan cerita sesama perewang hajatan, merupakan warna-warni kehidupan di pawon.

Pawon dan Peralatannya
Tentunya didalam pawon terdapat berbagai peralatan untuk memasak, mulai; pawonan, dhandhang, panci, luweng, kuali, cowek dan yang paling utama adalah kayu bakar. Pawonan yang dikenal masyarakat luas adalah susunan batu bata yang nantinya dijadikan perapian untuk memasak, biasanya terdapat satu hingga empat lubang, yang diatasnya dikasih dhandhang, luweng, atau panci, untuk memasak.

Sebagai alat pelengkap memasak, seperti; sothel, irus, enthong, genthong, ceret, dan yang paling penting adalah grobogan atau gledheng, dan pogho, serta bathekan (tempat bumbu). Berbagai peralatan maupun perlengkapan yang berada di pawon masih berbentuk natur dan kultur.

Namun apabila kita mendengar istilah dapur, maka yang terpikirkan adalah sebuah ruangan memasak yang isi peralatan sudah modernisasi. Seperti halnya; kompor gas, magic jar (alat penghatan nasi), serta rice cooker (alat pemasak beras). Selain itu juga terdapat pula peralatan lainnya, seperti; kulkas, gallon tempat air minum, rak piring yang terbuat dari aluminium, dan kadang pula mesin cuci.

Sehingga antara nama pawon dan dapur mempunyai perbedaan, pawon yang masih tradisional, sedangkan dapur sudah nampak kemodernnya. Perkembangan teknologi telah mempengaruhi pola perdapuran di kalangan masyarakat. Kemanjaan bagi kaum wadon dengan adanya perkembangan teknologi perdapuran, membuat kinerja mereka semakin efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan makan keluarga.