Senin, 05 Desember 2011

PENDIDIKAN LINGKUNGAN DENGAN DUNIA MENULIS

Oleh 
Agus Ali Imron Al Akhyar



Kemampuan manusia untuk menggunakan akal dalam memahami lingkungannya merupakan potensi dasar yang memungkinkan manusia berfikir, dengan berpikir manusia menjadi mampu melakukan perubahan dalam dirinya, dan memang sebagian besar perubahan dalam diri manusia merupakan akibat dari aktivitas berpikir. Oleh karena itu sangat wajar apabila berpikir merupakan konsep kunci dalam setiap diskrsus mengenai kedudukan manusia di muka bumi, ini berarti bahwa tanpa berkipir kemanusiaan, manusiapun tidak punya makna bahkan mungkin tak akan pernah ada (Uhar Suharsaputra, 2003:3).
Nampak kejelasan, bahwanya ketika manusia akan merubah dirinya dari satu etape ke etape yang lebih baik, dia harus berpikir dan juga melaksanakan dari olah berpikirnya. Begitu pula seperti yang diadakan oleh Kelompok Ilmiah Remaja MAN Tulungagung 1, pada hari sabtu dan minggu tepatnya tanggal 12-13 November 2011. Dengan adanya pelatihan menulis karya tulis ilmiah, diharapkan peserta didik mampu memberdayakan pola berpikir yang dipadukan dengan penelitian lapangan.

Pelatihan KIR tersebut mengambil tema “Wujudkan Potensi Diri Kita, Untuk Berkarya, Berkreatifitas, Inovasi, dan Juga Memiliki Dedikasi Kepribadian yang Tinggi,” sehingga dari pola berpikir tersebut di atas, tentunya peserta KIR mampu berpikir secara luas dalam hal dunia keilmiahan.

Setiap manusia tentu mempunyai otak untuk berpikir, namun dalam menuangkan dalam bentuk akademika menulis masih minimalis. Ada pula yang mampu berbiacara dengan baik, tapi apa yang dia bicarakan belum tentu mampu  ia menuangkan dalam bentuk tulisan. Ada juga yang berpikir bagus, yang disertai dengan menulis baik, tapi saat untuk mempresentasikan sulit untuk berbicara. Jadi, diperlukannya keseimbangan antara mental otak (berpikir) dengan berbicara (mempresentasikan).

Untuk pendidikan lingkungan, tentu kita sebagai seorang pelajar juga harus mampu mengenalinya. Hal itu membuktikan bahwa sebagai pelajar juga harus memiliki lingkungannya untuk media pembelajaran. Seperti yang dilakukan oleh anggota KIR MAN Tulungagung 1, salah satunya mengenali potensi kesejarahan yang ada di sekitar lembaga pendidikan.

Pelatihan Menulis
Di MAN Tulungagung 1, barusan diselenggarakan pendidikan dan pelatihan Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), dilaksanakan pada hari sabtu-minggu tanggal 12-13 November 2011. Acara tersebut diikuti 50 peserta, dari kelas satu dan kelas dua. Selain itu juga, keberadaan kegiatan ini merupakan rangkaian materi KIR yang biasanya dilaksanakan sesudah shalat jum’at.

Kegiatan penulisan karya tulis ilmiah ini diadakan pada sabtu malam minggu, dan dirangkai pada hari minggunya adalah kegiatan di lapangan. Adapun yang menjadi tujuan kegiatan di lapangan tersebut; museum daerah Tulungagung, Candi Gayatri, dan Candi Sanggrahan.

Kegiatan di atas merupakan salah satu pendidikan pengenalan lingkungan yang ada di sekitar Madrasah. Lingkungan merupakan salah satu tempat yang dapat dijadikan media pembelajaran, hal tersebut tergantung pada guru yang memberikan pengarahan terhadap peserta didiknya.

Manusia diberi pikiran (otak) dan rasa (hati), dimana keduanya harus digunakan. Rasa menjadi penting digerakkan terlebih dahulu, karena seringkali dilupakan. Bagaimana memulai pendidikan lingkungan hidup pendidikan lingkungan hidup harus dimulai dari hati (qalbu). Tanpa sikap mental yang tepat, semua pengetahuan dan keterampilan yang diberikan hanya akan menjadi sampah semata.

Pendidikan Lingkungan
Pendidikan lingkungan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun ketrampilan yang dapat meningkatkan kemampuan siswa. Beberapa ketrampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah diantaranya: Berkomunikasi: mendengar, berbicara di depan umum, menulis secara persuasive (pendekatan), dan desain grafis (mengerti gambaran umum); Investigasi: merancang survey, studi pustaka, melakukan wawancara, mengamati, dan menganalisis data; Ketrampilan kelompok: kekompakkan, kepemimpinan, pengambilan keputusan yang cerdas dan bertanggungjawab, serta bermusyawarah mufakat.

Pendidikan lingkungan adalah suatu proses untuk memahami, membangun populasi manusia agar sadar dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya, khususnya. Sinergi yang harmonis antara manusia (pelajar) dengan lingkungan, akan membangkitkan kepedulian, sehingga manusia (pelajar) yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama, baik secara individu maupun kolektif, untuk dapat memecahkan berbagai masalah yang terjadi di lingkungan sekitar.

Lingkungan sebagai media pembelajaran anak didik, selain itu juga dapat dijadikan ide kreatifitas untuk menulis. Peradaban berkembang karena tulisan, bukan omongan. Kita pikirkan tanpa ego, coba betapa susahnya kita untuk menelusuri jejak-jejak sejarah manakala para pendahulu tidak menuliskan peradaban mereka. Penyair Rusia, Tutchev, pernah berseloroh segala pemikiran yang diucapkan adalah suatu kebohongan. Sekilas, pernyataan tersebut bisa memerahkan telinga, terutama bagi Anda yang piawai ngomong, tetapi gagap menulis. Betapa tidak, segala pemikiran yang diucapkan dianggap bohong belaka, padahal hari-hari sudah Anda habiskan untuk ngomong, nihil untuk menulis. Namun, kalau mau sedikit saja menggunakan akal sehat, layaklah Anda merah telinga? Bukankah peradaban ini berkembang karena tulisan, bukan omongan? Bayangkan seandainya Plato, Syai’i, Freud, Saokarno, Naisbit bisa ngomong, mungkinkah Anda bisa menelusuri pemikiran mereka?

Untuk itulah lingkungan dan dunia menulis, merupakan peradaban bagi kita khususnya, kalau menurut tulisan di atas bahwasanya kita sebagai kaum sekarang harus mampu membudayakan tulisan untuk peradaban saat ini. Sebut saja budayawan Emha Ainun Nadjib, Sastrawan Pramoedya Ananta Toer, mereka adalah sedertan penulis yang istiqomah terhadap kekayaan khasanah intelektual yang diberikan oleh Allah Swt., kepadanya.

Bagaimankah cara mengembangkan dunia menulis untuk saat ini? Tentunya kita sering mendengar atau bahkan membaca slogannya, yaitu; memulailah dengan yang kecil (sederhana), dimulai saat ini juga, dan mulai dari diri sendiri.

Menurut Mohammad Diponegoro, tugas penting seorang pengarang atau penulis adalah membaca. Kegiatan itu diperlukan untuk membuka diri terhadap cakrawala dan pikiran baru. Hal-hal baru itulah yang akhirnya berperan menggelitik anak didik untuk merefleksikan pandangan-pandangannya. Selain itu dengan adanya lingkungan sebagai media pendidikan, dapat memberikan gagasan berpikir bagi peserta didik.<<>>