Minggu, 11 November 2012

KRITERIA UNTUK MENENTUKAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA

Oleh
Agus Ali Imron Al Akhyar



Sejarah merupakan rentan waktu peristiwa yang dapat dianalisis. Selain itu, keberadaan sejarah sendiri menjadi identitas dari suatu daerah, untuk mewujudkan ciri-ciri khas daerah itu sendiri. Meskipun saat ini belum optimal didalam pengelolaan citus cagar sejarah yang ada di daerah, setidaknya sebagai masyarakat yang peduli, turut serta dalam melestarikan, mendokumentasikan, serta merawat keberadaan warisan kesejarahan yang ada. Nilai-nilai sejarah menjadikan tolok ukur dalam menciptakan generasi muda yang bertanggungjawab.


1  Nilai sejarah
Tempat berlangsungnya peristiwa bersejarah, seperti: perundingan dengan penjajah, lokasi pertempuran, dicanangkannya perubahan besar, dsb., dan/atau Keterkaitan dengan/bagian dari perubahan atau capaian dalam sejarah (bangunan itu sendiri membuat sejarah), seperti setasiun pertama, kantor layanan pos yang pertama, bangunan PDAM, gas, dsb, dan/atau Keterkaitan dg kehidupan orang/tokoh dalam sejarah, seperti Istana Oei Tiong Ham, rumah Tasripien dan Kampung Kulitannya, dan/atau Keterkaitan dg pembangun/arsitek, seperti Pasar Jatingaleh dengan ir. H. Thomas Karsten, Apotik Sputnik dg Arsitek Oei Tjong An, Auditorium Undip, Gedung Administrasi, dan kompleks FISIP dengan Prof. ir. Sidharta, dan Rajawali Nusindo dengan Liem Bwan Tjie. Keterkaitan dengan proses produksi pada masanya

2  Nilai sosial
Seberapa jauh bangunan tersebut dimaknai sebagai tempat kegiatan tertentu yang melibatkan masyarakat atau sekelompok orang.  Contoh: Pasar Ya’ik sebagai tempat orang dulu nongkrong di malam hari. Peran sebagai unsur pembentuk citra kota/kawasan.  Seberapa jauh bangunan berperan sebagai acuan arah masyarakat dan/atau peran dalam ruang kota (pembentuk, pengisi, penanda, dsb). 

3  Nilai Arsitektur
Perpaduan bentuk, struktur, dan bahan.  Bagaimana unsur-unsur tersebut dipadukan dengan prinsip-prinsip desain  arsitektur, seperti skala, proporsi, harmoni,  dsb, yang sebagian ditentukan oleh langgam/semangat zamannya. Perpaduan bangunan dengan tapaknya.  Seberapa tinggi kualitas perpaduan bangunan dan tapaknya. Kekriyaan.  Seberapa tinggi kualitas kekriyaan dan pertukangan bangunan tersebut. Kelangkaan dan/atau keterwakilan dalam hal tipologi bangunan, langgam, dll., dan/atau

4  Nilai ilmu
Kandungan benda arkeologis, yaitu keberadaan dan/atau diduga keberadaan tinggalan arkeologis pada lokasi. Capaian teknologi setelah proses pencarian yang berlangsung panjang dalam sejarah perkembangan arsitektur/enjinering.  Contoh:  Pasar Johar merupakan puncak pencarian bangunan yang menyelesaikan masalah penghawaan, penerangan, dan perancangan ruang kegiatan, dan/atau, Nilai kepeloporan dan/atau kebaruan.  Seberapa jauh bangunan/karya arsitektur memperlihatkan kebaruan pada masanya dan/atau menjadi pelopor yang diikuti oleh arsitek/karya arsitektur lain sesudahnya. 

5  Nilai keaslian bentuk dan/atau pemanfaatan 
Seberapa besar komponen dan/atau bagian asli bangunan masih bertahan, dan/atau bagaimana pemanfaatannya masih merupakan kesinambungan dari pemanfaatan semula.