Sabtu, 03 Agustus 2013

ASAL MULA DESA GAMPING CAMPURDARAT - TULUNGAGUNG

Setelah Tanah Jawa ditumbali oleh Syekh Bakir. Tanah Jawa bagian selatan masih dinamakan Kalangbret. Daerah tersebut dipimpin seorang adipati yang bernama Adipati Kalang. Setelah itu ada seorang pengembara yang berasal dari daerah Mbayat yang bernama Raden Panca. Raden Panca mempunyai seorang kekasih yang bernama Dewi Jah putri dari Bantul. Setelah mereka menjalin hubungan yang lama, orang tua dari Dewi Jah tidak merestuinya. Akhirnya Dewi Jah disuruh pergi meninggalkan rumah. Kemudian Raden Panca dan Dewi Jah meninggalkan daerah Mbayat berjalan menuju ke timur ke daerah Kalangbret.
Sesampai di Kalangbret, mereka berkelana menuju ke arah selatan hingga sampai di daerah Wadjak di rumah Tumenggung Surontani. Di rumah Tumenggung Surontani mereka menumpang untuk beristirahat sejenak hingga akhirnya meneruskan perjalanan menuju ke arah selatan hingga sampai di daerah Wadjak Gamping.
Kemudian Raden Panca dan Dewi Jah mempunyai keinginan untuk babat alas untuk mendirikan sebuah daerah yang dinamakan Desa Gamping. Setelah itu nama Raden Panca berubah menjadi Raden Pancasura dan nama Dewi Jah berubah menjadi Dawijah. Raden Pancasura merupakan seorang anak yang sakti mandraguna. Pekerjaan sehari – harinya hanya sabung ayam dan ikan ke daerah Buret dan Bedalem.
Setelah Desa Gamping semakin rame, Raden Panca mengadakan pemerintahan pertama yang dipimpin seorang Demang Cerme yang bernama Punjul Sukodono. Demang Cerme mempunyai tugas setiap bulannya untuk melaporkan keadaan Desa Gamping kepada Tumenggung Surontani. Tumenggung Surontani mempercayai penuh kepada Demang Cerme. Demang Cerme dipercayai untuk mencari bawahan seperti Lurah. Carik, dan sebagainya.
Lurah pertama yang ditunjuk untuk memerintah Desa Gamping tersebut bernama Lurah Malangtika. Pada saat pemerintahan Lurah Malangtika, wilayah Desa Gamping samapai Kali Sembung. Pada suatu hari, di Kali Sembung tersebut ditemukan bangkai kerbau dan bangkai manusia. Bangkai manusia tersebut, kepalanya menompang di atas lesung. Maka kali tersebut dinamakan Kali Plesungan.
Pada saat pemerintahan Demang Cerme, Desa Gamping menjadi sangat rame dan akhirnya datang penjajah yang mendirikan sebuah Pabrik Gamping yang bahan bakunya berasal dari batu kapur. Maka dari itu, hingga sekarang dinamakan Desa Gamping.
Pada suatu hari, Demang Cerme dan Lurah Malangtika berjalan di sebuah pegunungan, mereka menemukan sumber air yang tertutup batu karang. Mereka berdua berinisiatif membuka batu karang tersebut agar air dapat digunakan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu sejak dulu sampai sekarang, daerah tersebut dinamakan Desa Karanganyar yang masuk wilayah Desa Gamping. Setelah itu, Desa Karanganyar membentuk RT dan RW.
Lurah Malangtika termasuk orang yang sakti mandraguna. Tunggangannya saja seekor kuda yang sangat hitam dan besar yang dinamakan Kuda Gagak Rimang. Lurah Malangtika pekerjaan sehari – harinya adalah berjudi dan sabung ayam.
Raden Pancasura dan Dawijah mendirikan perguruan yang mempunyai banyak anak buah. Lalu Raden Pancasura dan Dawijah meninggal dengan cara muksa (ngragasukma) yang sampai sekarang konon katanya tinggal di pohon tekik dan pohon asam jawa. Tempat tersebut menjadi keramat dan oleh masyarakat sekitar dipercayainya.
Setelah Raden Pancasura dan Dawijah meninggal, Desa Gamping dipimpin Lurah Malangtika. Lurah Malangtika diutus Demang Cerme untuk mencari Lurah berikutnya yang bernama Lurah Asmadi, lurah ketiga bernama Lurah Gamaya, lurah keempat bernama Lurah Jikan, lurah kelima bernama Lurah Damar Pancakarta, lurah keenam bernama Lurah Rawimejo, lurah ketujuh bernama Lurah Tanirejo, lurah kedelapan bernama Lurah Dasar Rawimejo, lurah kesembilan bernama Lurah Sontono, lurah kesepuluh bernama Lurah Muslodarmo, lurah kesebelas bernama Lurah Kromo, lurah kedua belas bernama Lurah Kusnamartorejo, lurah ketiga belas bernama Lurah Musadi Wiramiharjo, lurah keempat belas bernama Lurah Ramelan, lurah kelima belas bernama Lurah Irtaji, lurah keenam belas bernama Lurah Mahmudiyah, lurah ketujuh belas juga bernama Lurah Mahmudiyah, dan lurah kedelapan belas atau sekarang ini bernama Lurah Sinto Suyono.

Sejarah Desa Gamping
Pada zaman Pra Sejarah, kehidupan manusia purba berawal dari arah Pacitan menuju ke timur dan kemudian berbelok ke arah utara mengikuti arah pegunungan seperti Panggul – Pantai Prigi – Pantai Popoh dan kehidupannya menempati goa – goa disepanjang pegunungan yang di lewati.
Kehidupan pada zaman tersebut manusia purba sudah mengenal berbagai macam peralatan – peralatan yang digunakan untuk memenuhi kehidupannya. Peralatan – peralatan tersebut meliputi kapak batu, periuk dari tanah liat, dan panah yang digunakan untuk berburu.
Untuk di daerah Gamping sebetulnya pada zaman dahulu (Belanda) itu bernama daerah Wadjak ( dan kemungkinan di derah itu ditemukan kerangka atau fosil dari manusia purba yang diberi nama Homo Wajakensis ).
Mengenai hal itu di daerah tersebut ada peninggalan berupa tugu yang isinya menyatakan pernah di datangi seorang Gubernur Belanda yang bernama VAN ZUN EXC. DEN. Dan dengan itu, semula daerah itu yang bernama Wadjak diubah namanya menjadi Desa Gamping. Dinamakan Desa Gamping dikarenakan di daerah tersebut banyak sekali tambang bebatuan gamping. Dan oleh Belanda di daerah tersebut didirikan Perusahaan Pembakaran Batu Gamping.