Selasa, 06 Agustus 2013

PSIKOLOGI SUATU SISTEM REALITA DAN GAGASAN TERBAIK SISTEM



Keberadaan suatu sistem, akan mempengaruhi keberadaan pola prilaku yang terjadi pada suatu lembaga atau penggerak sistem tersebut. Sistem sendiri dipengaruhi oleh keberadaan otoriter yang berkuasa, sehingga menjadi tantangan sendiri bagi setiap penguasa untuk menjalankan roda yang digerakkan oleh sistem. Namun, ketika sistem sudah berjalan dengan baik, ada juga yang bermain-main dengan sistem dikarenakan ingin mencari keuntungan dalam proses sistem tersebut. Berbagai kebijakan ditentukan dengan sistem yang setidaknya menjadi transparan terhadap pimpinan kepada anak buah (karyawan).


Suatu sistem akan menjadi acuan dalam penentuan perjalanan maju atau mundurnya suatu lembaga. Sistem akan terbentuk akibat atau menjadi dasar dalam segala hal pola, kebijakan yang mutlak sudah terbentuk dari sistem yang mengatur. Seiring langkah-langkah penentuan kebijakan, sistem member peran secara tidak langsung, ketika karyawan atau anak buah tidak kuat terhadap sistem tersebut maka yang terjadi adalah ketidakpuasaan sesuai dengan hati nurani yang akan melaksanakan sistem itu sendiri.

Sebelumnya, sebagai atasan mampu untuk melakukan penelitian, pengamatan, dan mempelajari adanya pola yang terjadi pada anak buahnya, sebelum untuk menentukan kebijakan yang akan terpengaruhi oleh sistem. Mengadakan penelitian sebelum memutuskan suatu keputusan, itu merupakan kebijakan yang arif dan bijaksana, mana yang terbaik dan mana yang buruk akan jelas Nampak apabila sebagai pimpinan mampu untuk turun langsung ke lapangan. Dengan keberadaan yang memang nyata di lapangan, akan memberikan asupan menu untuk mengolah dari realita, dipertimbangkan, dan akhirnya diputuskan dengan seksama asas musyawarah. Pemimpin setidaknya mampu memberikan pencerahan terhadap anak buahnya, sehingga bisa mampu menginspirasikan ke sisi kepositifan.

Ketika sistem sudah menjadi pusat untuk melajukan mobilitas dalam suatu lembaga, maka yang terjadi semacam titik objek menjadi gerak titik jenuh mobilitas. Hal tersebut patut untuk disadari sebagaimana yang terjadi dalam perjalanan sistem sendiri. Membuat sistem harus mempertimbangkan segi moral, lingkungan, dan unsur budaya. Maka dari itulah, setiap mau menggunakan sistem, haruslah tercipta pemikiran yang konkrit dan fleksibel, yang mampu menempatkan kearifan dan kebijakan yang positif mengayomi semuanya.